The First Love at A Party

25 May 2016 14:25 3462 Hits 0 Comments
fiksi

Matahari sudah menenggelamkan tubuhnya. Tanda berakhirnya sengatan panas yang selalu dia keluarkan. Perlhan tapi pasti gemerlap bintang di langit yang cerah mulai bertaburan. Cahaya-cahaya lampu perkotaan pun tidak mau kalah mulai bermunculan. Kesibukan kota tetap berjalan seperti biasa. Ahhh.... Kota ini seakan tidak kenal penat beraktivitas.

            Telepon genggamku berbunyi, pesan singkat dari sahabatku Citra. “Rino, udah dong kerjanya. Mumpung malam minggu, mending ke pestanya ultahnya Ciko. Kita tunggu.”

            Hmmmmnnnhh..... ku tarik nafas panjang. Segera aku berdiri meninggalkan meja kerja penuh kertas ini. Mencoba untuk mengisi sebagian otakku dengan hiburan, karena hampir setiap hari aku selalu memikirkan obsesi dan strategi.

***

            Jam sudah berada di jarum pendek ke sembilan malam. Rumah Ciko di penuhi para undangan, acara sudah di mulai. Dengan langkah santai aku memasuki ruang pesta, dari kejauhan terlihat para sahabatku sudah menunggu. Aku hanya tersenyum sambil melambaikan tangan seraya berjalan ke arah mereka.

            “The Busines Muda, apa kabar?” suara itu sangat akrab di telingaku. Ya Ciko, dia berjalan ke arahku.

            “Apa kabar sobat, terima kasih sudah datang ke pesta kecilku” sambungnya.

“Baik banget Ciko. Kamu apa kabar?” jawabku.

“seperti yang kamu lihat.” Jawabnya sambil tersenyum padaku.

“oh ya terima kasih sudah mengundang kita ke acara lang tahunmu”

“kita anak muda men, siapa aja yang datang pasti kita terima”

            Aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum.

“oh ya, nikmatin aja pestanya ya. Aku ada urusan dulu di belakang” ucap Ciko sambil berjalan meninggalkanku.

            Aku berjalan ke arah di mana para sahabatku sudah menunnggu.  Aku sempat tak ingin bergabung karena mereka semua memiliki pasangan. Tapi kakiku sudah hampir sampai rasanya tidak mungkin untuk ku berbalik badan.

            “wih semua pakai pasangan nih” ucapku basa-basi.

            “Ya jelas dong Rino. Inikan acara anak muda. “ Jawab Deni sambil mencium jari pacarnya. Ak sempat menggidik, karena itu memang bukan cara ku. Untuk menghilangkan suntuk berharap topik pembicaraan berubah, ku ambil segelas minuman soda dan ku tenggak sampai habis.

            “Eh no, kamu itu udah lima tahun jomblo, dari lulus SMA sadar gak sih.” Ucap Citra.

            Aku hanya tersenyum menanggapi ocehan Citra. Ya, aku belum bisa berhenti menyukaimu Citra. Aku membatin.

            Mataku tertuju ke atas panggung. Saat itu hentakan musik benar-benar mengajak ubuh bergoyang. Sebagian besar para undangan sudah menggoyang tidak jelas, mereka benar-benar tidak memperdulikan sekitarnya.

***

            Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. Semakin meningginya malam, musik bahkan menaikan tempo lebih cepat. Yaa, begitulah kaum muda yang tidak pernah memikirkan masa depan mereka. Hidup mereka hanya di aliri dengan tiga kata. Yaitu happy, happy and happy.

            Lima belas menit berlalu, musik cepat tersebut segera berganti dengan alunan lembut piano dan beberapa instrumen mello lainnya. Mengalun lembut, merambat, membuat suasana kian hening. Perlahan lampu mulai bermatian, suasana menjadi gelap gulita. Muncul layar proyektor dan langsung memproyeksikan gamabar-gambar nostalgia. Yah jelas itu tentang Ciko.

           

 

 

Aku mulai tertarik, perlahan ku langkahkan kakiku menuju ke depan panggung. Langsung ku terobos barisan hingga ke barisan pling depan. Nikmat rasanya, isi kepalaku mulai berproyeksi, berimajinasi, hingga menorehkan gamaran yang indah meskipun tidak jelas.

“hey, minggir dong ketutupan nih. Tinggi amat tu badan” ucap seorang gadis sambil menarik bahuku hingga aku tertarik ke belakang. Jengkel rasanya, aku hanya mengumpat dalam hati. Dasar gadis gak punya sopan santun. Saat tertarik kebelakang aku mencium bau alkohol dari mulutnya.

Tak ku pedulikan mereka, terus ku lnjutkan khayalanku. Suasana yang indah, kasih sayang orang tua, hidup bhagia dengn penuh perhatian.

“eh mell, ciko gedut ya waktu smp” ucap gadis itu pada temannya yang dia panggil amel.

“iy, waktu sma aja dia kutu buku. Tapi sekarang ganteng banget” jawab amell
bersambung...
Tags

About The Author

Jaka Purwanto 18
Novice

Jaka Purwanto

berusia 18 tahun, sangat suka membaca novel dan menulis cerpen

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Jaka Purwanto